Kamis, 09 April 2015

Tong sampah

Seorang pria tua yang bijak memutuskan untuk pensiun
dan membeli rumah mungil dekat sebuah SMP. Selama
beberapa minggu ia menikmati masa-masa pensiunnya
dengan tenang dan damai. Kebetulan saat itu sedang
masa liburan sekolah.

Tak berapa lama kemudian, masa sekolah tiba. Dan,
sekolah itu pun penuh dengan anak-anak. Suasana tenang
dan nyaman menjadi sedikit berubah. Namun yang paling
menjengkelkan pak Tua adalah, setiap hari ada tiga
anak laki-laki lewat di depan rumah yang suka memukuli
tong sampah yang ada di pinggir jalan. Mereka membikin
keributan sepanjang hari dan berulah seolah-olah
menjadi pemain perkusi hebat. Begitu terus dari hari
ke hari. Sampai akhirnya pak Tua merasa harus
melakukan sesuatu pada mereka. Keesokan harinya, pak
Tua keluar rumah sambil tersenyum lebar menghampiri
tiga anak laki-laki yang sedang asyik memukuli tong
sampah.

Ia menghentikan permainan mereka, dan berkata, "Hai,
anak-anak! Kalian pasti suka bersenang-senang. Saya
suka sekali dengan cara kalian bersenang-senang
seperti ini. Sewaktu saya masih kecil, saya juga suka
bermain-main seperti kalian. Nah, apakah kalian mau
saya beri uang?"

"Mau.. mau.." sahut ketiga anak itu serempak.

"Okay, begini," pak Tua itu tersenyum.

Lalu ia mengeluarkan tiga lembar uang ribuan dari
sakunya.

Katanya, "Masing-masing dari kalian saya beri uang
seribu. Tapi kalian harus berjanji mau bermain-main di
sini dan memukuli tong sampah ini setiap hari."

Anak-anak itu senangnya luar biasa. Sejak itu setiap
hari mereka bekerja memukuli tong sampah itu dengan
penuh semangat.

Beberapa hari kemudian, pak Tua itu menghampiri dan
menyambut pekerjaan mereka dengan penuh senyum. Namun
kali ini senyumnya tampak agak sedih.

Katanya, "Nak, kalian tahu khan situasi krisis
akhir-akhir ini membuat uang pensiun saya tak cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari."

Ia menarik nafas dalam-dalam. Anak-anak itu menunggu
apa yang diucapkannya.

Lanjut pak Tua. "Mulai hari ini saya hanya bisa
membayar kalian lima ratus saja untuk tugas kalian
memukuli tong sampah ini."

Anak-anak itu tampak kecewa dengan keputusan pak Tua,
namun mereka masih bisa menerimanya. Lalu mereka
melanjutkan tugas mereka membuat keributan sepanjang
hari.

Beberapa hari kemudian, pak Tua itu dengan wajah
memelas mendekati anak-anak yang sedang memukuli tong
sampah.

Katanya, "Maaf, bulan ini saya belum menerima kiriman
uang pensiun. Saya hanya bisa memberi kalian bertiga
seribu Rupiah saja."

"Apa..? Seribu untuk bertiga?," protes pemimpin pemain
tong sampah itu. "Apa pak Tua kira kami ini mau
menghabiskan waktu kami di sini hanya untuk uang
segitu? Ah, yang benar saja! Pak Tua ini tidak masuk
akal. Mulai hari ini kami tidak mau lagi melakukan
tugas ini lagi. Kami keluar."

Ketiga anak lelaki itu pergi meninggalkan pak Tua itu
dengan bersungut-sungut.

Dan, sejak hari itu pak Tua menikmati ketenangan
hingga akhir hayatnya.

Begitulah bila kita mencampur-adukkan kegembiraan hati
dengan uang gaji. Seringkali kita kehilangan keceriaan
hanya karena kita menganggap keceriaan itu adalah
sebuah pekerjaan yang dibayar, maka bila bayarannya
berkurang maka kesenangan pun jadi berkurang.

Jangan sampai kegembiraan anda menghilang di balik
beberapa lembar uang gajian belaka.

Oleh: Tidak Diketahui. Cerita ini dicopy dari laptop yang digunakan. Laptop ini sebelumnya dipakai oleh berbagai orang, dan ketika mengutak atik laptop ini mendapat banyak cerita menarik yang tidak diketahui siapa penulisnya. Siapa pun penulisnya, semoga Tuhan memberkati telah berbagi cerita.

1 komentar: